Menu

Mode Gelap
Status IDM 3 Desa Perbatasan Kecamatan Sei Menggaris Dengan Malaysia 3 Dari 5 Desa Perbatasan Kecamatan Tulin Onsoi Dengan Malaysia Masih Tertinggal Limpakon, Desa Perbatasan Kecamatan Lumbis Ogong Dengan Malaysia Masih Tertinggal Status 6 Desa Perbatasan di Kecamatan Lumbis Pansiangan Masih Tertinggal Seluruh Desa Perbatasan di Kecamatan Lumbis Hulu Berstatus Desa Tertinggal

Dinamika · 29 Jun 2020 16:00 WIB ·

Hudu Hubak Pertemukan Suku Lawaewak dalam Ritual “Bua Orin”

jurnaldesa/foto.Desa Adolaba (Ritual Bua Orin oleh Suku Lawaewak, Flores Timur, NTT)

Jurnaldesa.id | Flores Timur – Salah satu suku yang mendiami Lewo Lango Belen Narawayong Desa Adobala, yakni Suku Lamaewak (Ape Kuun), pada Sabtu (27/06/2020) melakukan seremonial adat tahunan di Pondok Adat (Orin) sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yang empunya suku tersebut.

Seremonial adat ini dinamakan “Bua Orin” (makan bersama di pondok adat). Bua Orin dilakukan setahun dua kali, sebelum musim tanam (Tubak Mula) dan setelah panen hasil kebun (Hudu Hubak). Pada Hudu Hubak kali ini Suku Lamaewak kembali mendaraskan pujian untuk leluhurnya melalui makan bersama di Pondok Adat (Orin). Pondok tempat berkumpulnya keluarga besar Suku Lamaewak di sebut “Orin Ketuok’.

Pada acara Bua Orin ini, keluarga besar Suku Lamaewak yang datang ke Orin Ketuok membawa Ayam (manuk) yang lebih dulu dibwa oleh kaum laki-laki (Ama Lake). Selain itu juga disiapkan tuak (alkhol hasil irisan kelapa) yang nantinya digunakan untuk acara ritual Bau Lolon oleh pemangku adat suku Lamaewak.

Setelah ‘sesajian’ itu terkumpul, pemangku adat Suku Lamaewak, Mehene Lewo (Lewo Alape), duduk bersama di depan pondok adat pada batu yang telah disiapkan (Nobo) untuk memulai ritual Bau Lolon bersama atau disebut “Behin Muan Papa Muan”. Dalam upacara ini difasilitasi oleh Ana Opu sebagai Mehine Alape.

Selanjutnya pemangku suku tersulung (Bebeleka) dan Ana Opu melakukan pemotongan ayam (Howak Manuk) sebagai bentuk sesajian untuk leluhur. Semua ayam yang sudah terkumpul dipotong dan dimasak secara tradisional yang disebut dengan “Manuk Tapo Sewut” (daging ayam dicampur dengan ampas kelapa).

Biasanya upacara makan bersama ini dilakukan pada sore hari. Menjelang sore kaum perempuan dari suku Lamaewak mulai berdatangan dengan membawa nasi (Wata Tah’ha) yang sudah dimasak dari rumah masing-masing untuk dikumpulkan bersama.

Setelah semuanya terkumpul di pondok adat (Orin Ketuok), upacara Bua Orin dimulai. Kaum laki-laki mempersiapkan fasilitas pendukung seperti daun pisang (Muko Lolon), tempat duduk (Nobo), tempurung (Keo) dan lain sebagainya. Kaum Perempuan juga menyiapkan segala keperluan seperti nasi, piring, sendok dan lain sebagainya.

Upacara diawali dengan Bau Lolon bersama atau Behin Muan Papa Muan oleh pemangku adat Suku Lamaewak dan Lewo Alape (dari Suku Guru Mada) yang dilakukan oleh Ana Opu sebagai Mehine Alape. Acara makan bersama di pondok adat dilakukan oleh keluarga besar suku Lamaewak sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur Lera Wulan Tana Ekan sebagai wujud tertinggi kita di Lamaholot. Upacara ini diakhiri juga dengan Behin Mua Papan Muan yang difasilitasi oleh Ana Opu.

Referensi: Desa Adobala
Pewarta: Parlin S.
Editor: Djali Achmad

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 208 kali

Baca Lainnya

Keelokan dan Kebersihan Desa Wisata Penglipuran Bali Diakui Dunia

28 Oktober 2023 - 15:10 WIB

Desa Penglipuran

Musrenbangdes RKP 2024 Desa Ambengan Bali Fokus Pada Kesehatan

10 Oktober 2023 - 08:10 WIB

Desa Ambengan

Program Electrifying Agriculture PLN Tekan Biaya Operasional Petani Bawang Hingga 75 Persen

28 April 2023 - 16:09 WIB

PLN

Pom Listrik Kapal Sandar PLN Bantu Nelayan NTT

28 April 2023 - 12:28 WIB

PLN

Siswa Sekolah Live in di Desa Wisata Binaan Bakti BCA

13 April 2023 - 17:08 WIB

BCA

BMKG Tingkatkan Literasi Iklim Petani Kopi

20 Maret 2023 - 15:04 WIB

BMKG
Trending di Dinamika