Jurnaldesa.id | Bogor – Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup telah menjadi topik yang hangat di masyarakat. Tentunya terkait dengan fenomena dunia yang mengemukakan pemanasan global menjadi isu yang krusial secara umum. Bagi pelaku konservatoris dan penggiat lingkungan hidup, tentunya pemahaman ini merupakan kegiatan pengabdian atas rasa peduli terhadap lingkungan hidup dan menjadi kerja – kerja kemaslahatan yang patut didukung.
“Milenial kami anggap memiliki potensi yang luar biasa untuk mensosialisasikan pentingnya konservasi alam dan lingkungan hidup. Sebab sebagai sumber kehidupan tentunya alam perlu dijaga dan dilestarikan. Untuk keperluan hal tersebut pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merangkul milenial untuk turut serta dalam kegiatan konservasi alam dan lingkungan hidup,” seru Ahmad Munawir, Kepala Balai TNGHS saat diwawancara oleh Jurnal Desa di Pemilihan Duta Tanahalisa 2021; Taman Wisata Alam Kebunsu, Kabupaten Bogor (24/09/21).
Ia melanjutkan, pada awalnya kegiatan ini adalah sebuah inisiatif TNGHS untuk memberikan peran kepada generasi muda untuk terlibat dalam konservasi dan lingkungan hidup. Kemudian kita membuat kompetisi bagi milenial untuk menjadi Duta Tanahalisa 2021 dan di rangkaian kegiatan inilah kami membuka wawasan generasi muda milenial tentang konservasi alam dan lingkungan hidup. Kegiatan inipun melibatkan Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak, Banten; yang pada proses kegiatannya mengirimkan perwakilan untuk menjadi peserta Pemilihan Duta Tanahalisa 2021.
“Acara ini didukung oleh komunitas dan paguyuban yang ada di ketiga wilayah ini. Dukungan ini kami apresiasi sebagai kepedulian bersama yang kolektif di Bogor, Sukabumi dan Lebak. Di Lebak ada paguyuban Saijah Adinda, Sukabumi dan Bogor ada Mojang Jejaka. Tentunya kerja sama ini sangat baik dilakukan terkait konservasi dan lingkungan hidup. Terus terang ini pengalaman pertama bagi TNGHS dan dukungan semua pihak kami rasa menjadi dukungan yang penting,” ujar Ahmad Munawir.
Ia mengutarakan, secara konseptual kita mengerjakannya secara totalitas di internal TNGHS dan pada proses pengerjaannya, pelibatan paguyuban dan komunitas ini menjadi sebuah entitas kolektif yang bersama ingin mensukseskan kegiatan ini. Berbekal dengan minat dan bakat yang ada di kalangan milenial, peserta unjuk kemampuan untuk menjadi pemenang dalam kompetisi ini. Di rangkaian kegiatan pun kami sisipi dengan pengetahuan konservasi dan lingkungan hidup, jadi yang tadinya peserta memang telah memiliki minat dan bakat, ditambahkan dengan wawasan konservasi alam dan lingkungan hidup.
“Alhamdulillah, kami juga mengapresiasi dukungan yang diberikan oleh Dirjen KSDAE, Wiratno dan Kementerian LHK. Sebab bagi instansi terkait, kegiatan ini merupakan inovasi dan terobosan untuk memperkenalkan konservasi alam dan lingkungan hidup kepada masyarakat. Kita mencoba agar kegiatan ini juga dilakukan di Taman Nasional lainnya di Indonesia. Untuk keperluan tersebut kami sempatkan diri audiensi dengan Dirjen KSDAE dan responnya positif. Bahkan kami juga berkoordinasi dengan Dirjen lainnya yang terkait termasuk tim Humas Kementerian LHK,” ungkapnya.
Sebagai pamungkas ia mengatakan, bahwa kami sesungguhnya sedikit terkejut dengan ketertarikan generasi muda milenial terhadap lingkungan hidup dan konservasi alam. Antusiasme dan intensitas peserta untuk membuka wawasan lingkungan hidup cukup tinggi dan kami pun mengapresiasi kemauan dan keinginan mereka untuk turut peduli kepada alam. Dan sebagai sebuah proyeksi dimasa yang akan datang, kegiatan ini akan berkelanjutan dan para peserta seluruhnya baik yang menang maupun yang tidak menang akan dilibatkan untuk terus berperanserta dalam kegiatan – kegiatan TNGHS. Kami juga membuka peluang kepada seluruh generasi muda lainnya untuk menjadi relawan konservasi alam dan lingkungan hidup.
Untuk ulasan lebih lengkap dapat dilihat di pranala berikut :
Pewarta : FEB
Editor : LIN