Menu

Mode Gelap
Program Electrifying Agriculture PLN Tekan Biaya Operasional Petani Bawang Hingga 75 Persen Pom Listrik Kapal Sandar PLN Bantu Nelayan NTT Siswa Sekolah Live in di Desa Wisata Binaan Bakti BCA BMKG Tingkatkan Literasi Iklim Petani Kopi Warga Pedukuhan Gunung Cilik, Bantul, Tak Lagi Kesulitan Air Bersih

Dinamika · 19 Mei 2022 11:00 WIB ·

Penyakit Mulut dan Kuku Meluas, BRIN Deteksi Cepat Penyakit dan Vaksinnya


 Ilustrasi: Penyakit PMK pada sapi. (Foto: Eko Sudjarwo/Detikhealth) Perbesar

Ilustrasi: Penyakit PMK pada sapi. (Foto: Eko Sudjarwo/Detikhealth)

JURNALDESA.ID | Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan melakukan inovasi pengembangan deteksi cepat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak melalu pengembangan uji point care yang dapat digunakan di lapangan dan pengembangan vaksin.

Hal itu disampaikan oleh Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 18 Mei 2022.

Menurut keterangannya, PMK merupakan penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah. Badan Kesehatan Hewan Dunia, Office des Internationale Epizootis (OIE) telah menempatkan penyakit ini sebagai penyakit yang wajib dilaporkan oleh semua negara.

“PMK merupakan penyakit hewan yang sangat menular pada hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, kijang/rusa, unta dan gajah. Meskipun dilaporkan oleh hewan lain seperti beruang,” terang Handoko.

“Hewan yang sakit akibat infeksi virus PMK menunjukkan gejala klinis patognomonik berupa vesikel/lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan kulit sekitar kuku,” tambah Handoko.

Terkait itu BRIN memiliki kapasitas dalam upaya pengendalian PMK di Indonesia dengan melakukan implementasi deteksi penyakit PMK, studi epidemologi, mengisolasi, mengkarakterisasi virus PMK dengan menganalisis molekur sekuensing.

Senada dengan Kepala BRIN, Kepala Organisasi Riset Kesehatan Ni Luh P Indi Dharmasanti mengatakan, penyakit PMK patut diwaspadai karena dapat menyebar dengan cepat mengikuti arus transportasi hewan. “Hal ini berakibat kerugian ekonomi karena penurunan nilai jual dan produk hewan ternak, serta membutuhkan pengendalian kompleks,” jelas Indi.

Indi juga menyebutkan, untuk menangani kasus ini di Indonesia, diprediksi akan membutuhkan anggaran sekitar 9,9 triliun rupiah/tahun. “Bahkan angka ini bisa lebih tinggi,” ucapnya.

“Penyakit ini sangat menular dan masih terjadi di banyak negara di dunia, serta menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Hal itu berdasarkan sifat dan sebaran penyakit serta dampak kerugian yang ditimbulkan,” pungkas Indi.

Pewarta: FEB

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 21 kali

Baca Lainnya

Program Electrifying Agriculture PLN Tekan Biaya Operasional Petani Bawang Hingga 75 Persen

28 April 2023 - 16:09 WIB

PLN

Pom Listrik Kapal Sandar PLN Bantu Nelayan NTT

28 April 2023 - 12:28 WIB

PLN

Siswa Sekolah Live in di Desa Wisata Binaan Bakti BCA

13 April 2023 - 17:08 WIB

BCA

BMKG Tingkatkan Literasi Iklim Petani Kopi

20 Maret 2023 - 15:04 WIB

BMKG

Warga Pedukuhan Gunung Cilik, Bantul, Tak Lagi Kesulitan Air Bersih

14 Maret 2023 - 18:32 WIB

BCA

Siap-Siap! Kemarau Datang Lebih Awal, El-Nino Berpeluang 50-60%

7 Maret 2023 - 13:27 WIB

BMKG
Trending di Dinamika